Selasa, 22 Desember 2009

SI PAHIT LIDAH DAN SI MATA EMPAT




















Layaknya daerah lain, seperti Kisah Gunung Tangkuban Perahu, Candi Borobudur, dll. Danau Ranau memiliki Legenda tersendiri yaitu SI PAHIT LIDAH dan SI MATA EMPAT.

Konon kabarnya hidup seorang yang sangat sakti yaitu Si Pahit Lidah, karena saking lidahnya pahit dapat mengkutuk orang, binatang, atau benda apapun menjadi batu. Hal ini dipercaya karena adanya situs peninggalan zaman dahulu kala yaitu BATU KEBAYAN (candi sepasang pengantin) yang puing-puingnya masih tersisa di dekat Desa Jepara, kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah, kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan. Dan konon dipercaya banyaknya situs (arca atau patung) di daerah Ranau seperti: Batu Lesung, di Subik dan sebagainya adalah akibat sumpah dari Si Pahit Lidah.

Beberapa ahli dari Belanda sempat melakukan penelitian terhadap situs-situs tersebut mereka menyatakan bahwa situs-situs tersebut adalah peninggalan kebudayaan Budha dan Hindu yang sempat ada sebelum Islam masuk ke Ranau. Jika ditilik dari sejarah memang dari cerita Pangeran Singa Juru (Raja pertama Ranau) yang berguru sampai ke Majapahit, tentulah hal itu masih ada relevansinya.


Kembali ke cerita Si Pahit Lidah, konon kabarnya pula, ada seorang yang sangat sakti dari daerah lain yaitu Si Mata Empat, yang ingin menguji kesaktian Si Pahit Lidah.

Lalu terjadilah uji kesaktian dengan ending kalahnya Si Pahit Lidah. Karena serakah Si Mata Empat menjilat lidah Si Pahit Lidah dengan tujuan untuk mengambil kesaktiannya. Namun ternyata Si Mata Empat langsung keracunan dan mati oleh racun dari lidah Si Pahit Lidah.

Cerita diatas tentu saja sebatas mitos, namun bagi masyarakat Ranau, termasuk saya pribadi cerita tersebut adalah cerita turun temurun yang merupakan ciri khas dan kebanggaan masyarakat Ranau.

Bahkan ketika saya lagi SD, cerita ini pernah diangkat ke layar lebar dengan bintangi oleh aktor senior Advent Bangun (bintang laga terkenal diera 80 s.d 90-an). Dan semua anak-anak sekolah SD, SMP, dan SMU diwajibkan menonton film yang menceritakan legenda tersebut. Cukup lucu memang. Tapi sisi positifnya adalah bangkitnya rasa kebanggaan terhadap tanah kelahiran yaitu Ranau.

Dan anehnya cerita Si Pahit Lidah ada juga di daerah kabupaten lain di Sumsel seperti di Pasemah Lahat, konon ada batu / patung gajah juga kutukan Si Pahit Lidah.

Bagi saya pribadi dengan adanya legenda adalah sebuah warisan kebudayaan yang harus terus diceritakan ke generasi penerus. Untuk bercerita bahwa kita punya asal usul.

Dan kita harus bangga dengan bangsa kita yang kaya dengan warisan budaya.

Sekilas tentang Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat,
ditulis
oleh
Rama
sanak Jepara,
umpu alm.Hasbini Ramli,
adok Raja Sakti




kembali ke Artikel lainnya


--